Skenario Penampilan Drama
Momentum Hari Santri Nasional dan Hari Sumpah Pemuda
(Wajah Negeri Kita dan Perjuangan Para Pemuda Santri untuk Bangsa )
1. Dipagi yang cerah, langit bersih tak tersaput awan, matahari bersinar lembut menembus celah-celah kampus, lihatlah, Profesor Samsul dan 2 asistennya sedang berdiskusi ringan membahas tentang wacana kenegaraan yang kian hari kian tergerus oleh praktik-praktik koropsi sebab tikus-tikus berdasi yang merongrong dari detik kedetik.
2. Pagi itu, kegiatan belajar mengajar di Institut As-Sulaimaniyyah, kampus filsafat disebuah pesantren berlangsung dengan spektakuler. Wajah-wajah antusias dan semangat menatap lekat-lekat wajah sang profesor. Telinga-telinga bermekaran mendengarkan seuntai kata demi kata yang disampaikan sang guru besar itu. Perhatikanlah, profesor itu sedang menyampaikan materi tentang shalat. Tapi sayang, kelas itu terbagi menjadi dua kubu. Ada kubu yang rajin dan ada kubu yang nakal. Ah, kubu nakal itu ternyata duduk melingkar dibelakang meja duduk. Mereka tidak mendengarkan.
3. Waktu terus berlalu dari detik kedetik, akhirnya proses kegiatan belajar-mengajar usai sudah, mereka pulang keasramanya masing-masing. Tibalah waktu duhur hadir. Nyatanya, dipesantren itu hanya ada dua kamar. Satu kamar untuk kubu santri rajin dengan jumlah anak kamar 6 orang. Satu kamar untuk kubu santri nakal dengan jumlah yang sama. Lihatlah, kubu rajin pergi kemasjid untuk shalat. Sementara kubu nakal masih tetap enjoy dan enggan untuk shalat. Diantara mereka ada yang tidur mendengkur, ada yang bersemedi mempertajam mata batinnya, ada yang main permainan ML, ada yang sedang telefonan dengan bebebnya, dan 3 sisanya masih duduk bosan tak ada kerjaan. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk shalat didalam kamar itu. Perhatikanlah, mereka shalat, tapi sepertinya shalat mereka berbeda dengan shalat yang biasanya.
4. Detik berganti detik, menit berganti menit, dan hari bersalin hari. Keesokan harinya, proses belajar mengajar dikampus Filsafat kembali berlangsung. Kali ini mereka membahas tentang wacana negara. Dan seperti biasa kubu nakal tetap saja melingkar tak mendengarkan.
5. Dipelataran yang berbeda, dikantor yang serba mewah, ternyata wakil-wakil rakyat malah ngopi nyantai tidak bekerja. 5 pejabat itu malah ngerumpi, membodoh-bodohkan rakyat karena diam tak mau tau dengan pergulatan politik diatas sana, dan juga mereka melecehkan kaum santri. Lihatlah, mereka tertawa terkekeh-kekeh penuh kemenangan, uang negara telah mereka habiskan, uang rakyat telah mereka lenyapkan, dan uang pendidikan telah masuk kesakunya tanpa tiada merasa bersalah sedikitpun.
6. Ditempat yang berbeda pula, lihatlah, pemuda-pemuda yang tak mampu bersekolah itu, mereka rela belajar ditempat-tempat yang tak layak dengan baju compang-camping tanpa seragam. Mereka rela melakukan semuanya demi mengejar pendidikan, perhatikanlah, mereka belajar pada orang yang lebih tau. Renungilah, betapa semangatya mereka.
7. Hey, tunggu, ternyata dugaan wakil-wakil rakyat itu salah. Dibalik semua itu, tanpa sepengetahuannya ada organisasi kecil yang melakukan penyelidikan secara sembunyi-sembunyi. Ada forum sederhana yang bekerja dengan gesit. Dialah forum FISIKA. Berjumlah 6 kepala dengan otak-otak jenius.
8. Pada suatu waktu, forum FISIKA mengajak kubu nakal untuk bekerja sama menyelidiki kelicikan-kelicikan wakil-wakil rakyat itu. Tapi sayang, mereka disambut dengan sinis dan ditolak dengan mentah.
9. Forum FISIKA kembali mengadakan rapat, rapat tindak lanjut. Alhasil, mereka mengutus dua orang terhebat diantara mereka. Mereka adalah MICHAEL AFIF DAN CAK RIZAL. Mereka pergi kekantor wakil-wakil rakyat, berdebat, membicarakan nasib rakyat. Tapi sayang beribu-ribu sayang, proses diplomatik tidak berhasil. Dua utusan ditolah mentah-mentah, diremehkan, dan ditodong dengan laras pistol.
10. Keesokan harinyalah dimana detik seperti berhenti, dan zaman mencatatnya dengan tinta emas, sebuah tinta yang tak akan pernah lekang dalam ingatan. Iya, kala itu, detik itu, para aktifis FISIKA turun lapangan, berdemo, berkoar-koar dengan api semangat yang terus membara. Ajaibnya, profesor dan kedua asistennya turun massa membela negeri yang bermuram durja ini. Paling ajaibnya juga, santri nakal juga ikut terjun membela bangsa. Tapi, sayang seribu sayang, para pejuang itu tumbang ditembak. Namun, sang penguasa menghianati 4 asistennya dengan menembak mati. Sang penguasa tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan. Tapi, tanpa tawa itu tak berlangsung lama karena persis ujung tawanya dia harus terkapar tewas mengganaskan. Iya M-E-N-G-G-A-N-A-S-K-A-N.
11. Lihatlah, tetes-tetes darah mereka adalah saksi bisu perjuangan kaum santri, teriakan-teriakan mereka adalah saksi nyata pengabdian pemuda mahasiswa dalam membela dan menyelamatkan bangsa dari tirani-tirani kaum koruptor. Hari itu langit berduka, bumi menangis pilu dan Tuhan mengutuk murka perbuatan sang tirani itu.
Sumpah Pemuda
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Oleh: Michael Afif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar