SKENARIO PENAMPILAN DRAMA PENUTUPAN TA`ARUF
(MEMBANGUN SEMANGAT BERORGANISASI)
1. Malam membentangkan sayap-sayap kegelapan, langit bersih tak tersaput awan, ribuan bintang menggantung berkerlap-kerlip membentuk formasi, sejauh mata memandang rembulan mengerling manis menatap sang kiai yang sedang memberikan nasehat kepada para santrinya. Iya, rembulan itu rupanya ikut mendengarkan. Lihatlah, didalam masjid itu sang kiai memberikan petuah-petuah kepada santrinya.
2. Besoknya, para Santri Aktifis pesantren mengajak Santri Rajin Pecandu Kitab untuk menghadiri kongres ASK (Aliansi Santri Kritis). Ah, sayang sekali, ajakan sekaligus tawaran mereka ditolak mentah-mentah dengan bermacam alasan yang melatarinya.
3. Malam kembali datang mengusir siang. Rembulan kembali tersenyum manis. Temaram sinar lampu menyala menerangi bilik-bilik pesantren. Huuu, tiada disangka tiada diduga Santri Rajin Pecandu Kitab itu juga hadir kekongres akbar tersebut. Lihatlah, Kongres berlanjut dengan gaduh. Persilangan perdebatan berujung dengan percikan kritik memojokkan tak terelakkan. Atmosfer perdebatan berada diketinggian suhu lepas kontroling.
4. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan pun bersalin. Satu bulan kemudian ASK merapatkan ulang rencana kegiatannya yang sudah tertuang dalam buku agenda kegiatan dijauh hari sebelumnya. Seminar Kebangsaan. Iya, itulah acara kegiatannya bulan ini. Lihatlah, mereka sedang rapat, semuanya mengeluarkan usul-saran dari kran berfikir yang jernih, membunuh egoisme kolektif.
5. Keesokan harinya mereka mendatangi pihak pesantren, meminta izin untuk mengadakan acara Seminar Kebangsaan. Sayang seribu sayang, rencana mereka ditolak mentah-mentah dengan alasan ini-itu. Hey, perhatikanlah, sanggah-bantah akhirnya pecah tak terbendung. Tegang leher dan melotot-melotot mata akhirnya tak terelakkan lagi. Merasa tidak menemukan dukungan akhirnya mereka mengutus dua orang untuk mendatangi sang kiai untuk meminta legalitas.
6. Setelah mendapat izin formal dari sang kiai, langkah selanjutnya adalah mengundang Aktifis Luar untuk bekerja sama. Perhatikanlah, didalam forum resmi itu aktifis luar sepihak untuk bekerja sama.
7. Hey, lihatlah, Seminar Kebangsaan pun berlangsung dengan khidmat. Pemateri itu begitu mahir menyampaikan gagasannya. Intonasinya pas. Nadanya sesuai. Diksinya tepat. Penyampaiannya tidak membosankan. Diskusi panjang tanya-jawab pun berlangsung seru. Ah, Prof. Tn. Michael Afif itu memang profesor dalam arti yang sesungguhnya.
8. Hari terus datang dan pergi tanpa lelah, bulan terus berganti dengan patuh mengikuti hukum alam, angka hitungan tahun pun berubah. Mereka rekom, pulang untuk mengabdi kemasyarakat. Perhatikanlah, Santri Aktifis itu mendirikan organisasi. Dan, tibalah bulan Maulid datang. Salah satu agenda kegiatan mereka adalah merayakan Maulid Nabi. Namun, Perayaan Maulid Nabi sepertinya berbeda dengan Perayaan Maulid Nabi sebelumnya. Iya, perayaan itu berbeda karena sekarang mereka menyelingi acara Maulid itu dengan lagu disko sehingga tokoh masyarakat dan para undangan didesa itu tenggelam dalam goyang berjamaah.
9. Acara Maulid pun usai sudah. Namun, perayaan itu mengundang konflik baru. Iya, konflik baru yang berujung dengan perdebatan panjang. Kalangan Santri Pecandu Kitab tidak terima. Mereka marah bukan main. Emosinya meluap-luap tak terkendali. Akhirnya, Santri Pecandu Kitab mengadakan rapat darurat. Satu kata dari konklusi konsensus rapat itu. H-E-N-T-I-K-A-N.
10. Dan, saat itulah.... Saat-saat yang menegangkan..... Lihatlah, perdebatan sengit terjadi. Argumen-argumen kritis-transformatif mengalir deras. Kritik tajam bersifat menekan meluncur tajam. Berbagai postulat dari dokumen wahyu maupun teks hadis digembar-gemborkan. H-A-R-A-M. B-I-D-`A-H. S-E-S-A-T. K-A-F-I-R. Iya, kata itu selalu saja tercuat seiring berlangsungnya sidang.
11. Tepat dimomen yang menegangkan itu hadirlah sosok berwibawa. Sorot matanya tenang. Gerak-langkahnya lembut dan halus. Sudah cukup untuk menggambarkan betapa tenang hatinya. Perhatikanlah, mereka menengah-nengahi perdebatan panjang itu. Dan, didalam diskusi sekaligus sidang itu akhhirnya...akhirnya...akhirnya........ Iya, mari kita saksikan bersama.
12. Satu hari setelah Perayaan Maulid Nabi selesai sang Kiai kembali mengunjungi desa mereka. Disanalah sang kiai memberikan petuah-petuah kepada Santri Aktifis dan Santri Pecandu Kitab. Lihatlah, mereka antusias mendengarkan, merefleksi setiap untaian-untaian kalimat sang kiai, insafi diri, mengusap dada, sesali diri. Dan, akhirnya, mereka bersatu padu, bekerja sama, menyearahkan paham, meluruskan kembali pemahaman yang sempat melenceng.
***
Oleh: Tn. Michael Afif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar